Untuk Sahabatku yang Beberapa Saat Lalu Baru Saja Tercekat oleh Separuh Cintanya
Setelah sesaat aku menikmati diammu,
biarkan kulanjutkan dengan tidak
menunjukkannya kepada apa-apa,
ataupun menjejalkan sesuatu padanya,
apalagi mengartikannya dengan
tawa melindas kecewa.
Kata-kata,
sama-sama hanya kita baca,
hanya begitu.
Kalaupun ada kalanya mencibirkan getir,
melumatkan hasrat, meneguhkan niat,
itu sebab segala ulahnya ; kata-kata itu,
bukan maksudku.
Sungguh, pertama sekali ini aku
menggumamkan kata-kata yang pernah
aku kamitkan ketika engkau bahkan benar-benar
tak melihat liuk bibirku,
kukedipkan pun engkau tak menatapku,
dengan secarut coretan saja.
Kepadamu, engkau yang pernah sekali-dua
menggandeng tanganku untuk sekedar ikut merasakan
menyandung batu-batu,
menyeret kaki-kaki ke muka licinnya untuk meresapkan
bagaimana terpeleset itu.
Hhhh, selalu saja ia punya celah untuk tumpah
ruah di dalam gundah-gundah,
dan terkadang menyelimuti amarah.
sudahlah, kenapa juga kita tak benar-benar
mencoba percaya padanya, menyerahkan
resah diuapkan oleh panasnya,
meng-antuk sejuk?
…………………………..
(Eureka !!!!
aku telah menemukan jawabannya!!!)