Bulan :
“Matahari memang punya banyak luka, itu sebabnya ia mudah menyala.
Aku memiliki ragam bentuk, sehingga seringkali tak sesuai dengan matahari.
Betapa sulit matahari untuk didekati.
Tapi, aku tetap dapat merasakan hangatnya, pun sentuhan mesra cahayanya, membuatku ikut bersinar.
Matahari suka pada siang, aku nyaman dengan malam.
Saling melengkapi kehidupan.
Ah, andai matahari dapat akrab juga denganmu, sahabat yang menemaniku diwaktu malam…
Selamat malam Bintang.”

Bintang:
“Tak sadarkah kau, bulan? Bahwa aku dan matahari adalah saudara kembar,
bintang-bintang yang selalu memberimu cahya dan kehangatan, murni tanpa tendensi.
Dan bukan seberapa sulit kami didekati, karena bagi kami dengan menutup matapun kamu sudah begitu dekat.
Percayalah, bahwa kami sebenarnya tidak mengenal malam dan siang,
kalaupun ternyata ada, kami akan mencintai keduanya.

Ssst, dan aku punya satu rahasia lagi tentangmu, Bulan:
Bahwa kaupun bisa bercahya, dengan atau tanpa kami;
karena sebenarnya kamu juga bagian dari kami,
bintang tercantik yang paling dekat dengan bumi manusia…
Selamat pagi Bulan.”