“Kamu tahu, belakangan ini aku sering berpikir. Kamu kenal pasangan yang bahagia?”

“Ya tentu saja, aku kenal beberapa pasangan bahagia. Aku pikir mereka saling membohongi satu sama lain.”

Celine dan Jesse – Before Sunrise

Mungkin tak salah. Bisa jadi seperti itu. Pemahaman-pemahaman yang menentang suatu konsep ideal biasanya memberikan lebih banyak sudut pandang. Karena tidak setiap hal dipandang atau dipahami dari sudut yang sama. Begitu juga dengan suatu hubungan. Beberapa orang memandang seperti Celine dan Jesse. Beberapa lagi mungkin tidak seperti itu.

Hubungan yang ideal adalah ketika masing-masing dari mereka saling terbuka dan jujur satu sama lain. Klise? Bisa jadi. Sampai batas tertentu yang ‘ideal’ adalah yang ‘seharusnya’. Jika masing-masing dari mereka mulai jujur dan terbuka maka itulah hubungan yang ideal. Apa iya? Sudut pandang yang lain mengatakan tidak semua orang bisa menerima realitas. Tidak semua orang ingin mendengar yang sebenarnya. Sampai di sini, mungkin cinta, jika bisa disebut begitu, akan menjadi sesuatu yang egois. Cinta akan memaksakan sudut pandangnya sebagai suatu jalan tengah yang terbaik. Jika hubungan itu mulai pecah karena salah satu dari mereka tidak bisa menerima kejujuran maka itu bukan cinta, karena cinta itu bla bla bla.

Modus pemahaman yang majemuk sering melahirkan sudut pandang-sudut pandang yang menarik. Seperti pada konsep tentang seseorang untuk seseorang (somebody for someone) – aku dan air pernah membicarakannya dan sepertinya hal ini tidak sesuai dengan pola pikirnya, hahaha. Jika pada akhirnya kita memutuskan untuk bersama seseorang maka siapa yang akan menjadi ‘seseorang’ itu, baik dalam rentang waktu yang sangat sempit atau sebaliknya.

Ada yang beranggapan ‘seseorang’ itu adalah orang yang sudah tersedia. ‘Seseorang’ itu lalu dibentuk dengan usaha. Masing-masing dari mereka akan berusaha berjalan menuju satu titik dimana mereka sepakat itu adalah titik yang mereka tuju dan mereka yakin pada titik tersebut ada bahagia. Mereka percaya dengan kemauan dan komitmen, sifat, karakter dan kebiasan manusia bisa berubah.

Ada yang berpendapat ‘seseorang’ itu adalah separuh nyawa. Tulang rusuk yang hilang. Pecahan puzzle yang sempurna. Semuanya selaras; cara mereka berjalan, berbicara, makan, menghirup udara. Mereka akan berusaha mencarinya, menyentuh hidup orang-orang. Mereka akan mengenalinya seperti sudah mengenalnya seumur hidup mereka. Mereka tahu sampai batas mana sifat, karakter dan kebiasaan manusia bisa berubah.

Ada juga yang beranggapan ‘seseorang’ itu ada ketika manusia mulai berpikir untuk bertahan hidup dan meneruskan keturunan. Seperti binatang, ujar seorang sahabat.

Atau malah ada yang tak percaya dengan konsep seperti ini.

….

“Eh Januari sudah mau habis.”

“Memangnya kenapa kalo Januari mau habis? Setelahnya ada Februari? Terus ada apa dengan Februari? Mentang-mentang ada hari valentine didalamnya terus dianggap bulan cinta gitu? …” Katamu padaku. Akhir Januari kemarin. Hahaha.

Kita tidak memaknai sesuatu hanya dengan logika umum. Tak jarang kita mendapatinya dari sesuatu yang kontradiktif.