Gerimis

Arakan awan gelap yang sembunyikan matahari di balik punggungnya itu membuat cahaya jingga di kakilangit perlahan memudar. Lalu lamat-lamat aku mulai melihat butir-butir air basahi putih pasir pantai, jejalanan, pura-pura, sawah-sawah, pun tubuh anak-anak yang masih saja bermain.

Musim penghujan mulai datang menyapa pulau ini. Hujan yang ingatkanku untuk mulai menulis. Hujan yang selalu mengingatkanku pada sebuah kota yang paling ramah didunia, dan juga padamu.

Lalu kuhidupkan notebook, menjalankan iTunes dan mulai menulis. Tapi alunan Gerimis KLA Project dan gemericik air di luar membuatku memilih untuk berhenti menekan tombol-tombol keyboard dan sekedar membiarkan pikiran dan perasaan ini terbang melayang tak karuan; menuju pada kenangan tentang segelas Moccachino hangat beberapa tahun yang lalu…

Hhh, selalu saja ada sesuatu yang tertinggal dalam hujan; sesuatu yang mengingatkanku pada kota yang paling ramah didunia, dan juga padamu.

Sejenak kupejamkan mata, merasakan bau tanah basah dan rindu yang membuncah. Semacam sebuah ritual; menyambut gerimis…

comments powered by Disqus